Minggu, 27 November 2016

produk pertanian kabuptan kampar

KAMPAR - Sektor pertanian di Kabupaten Kampar Provinsi Riau terus berkembang dan saat ini telah menjadi satu daerah dengan hasil pertanian terbaik nasional, kata Kepala Dinas Pertanian Kampar Hendri Dunan.

 berikut adalah produk pertanian yang ada dikabupaten kampar

1. CABAI

Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, mengembangkan lahan pertanian khusus cabai di 17 kecamatan sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat yang selama ini mendatangkan cabai dari luar daerah.

"Ini adalah wujud nyata yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Holtikultura Kabupaten Kampar, Hendry Dunan kepada pers di Bangkinang, Kamis.

Ia mengatakan, sebelumnya para petani telah dibantu untuk penanaman bawang merah dan ini telah berhasil panen dengan hasil yang sangat memuaskan.

Maka kemudian, lanjut dia, bantuan dikembangkan ke tanaman cabai merah yang ada disebar ke 17 kecamatan dengan luas lahan mencapai 50 hektare.

"Tujuannya, kedepan Kampar tidak lagi mengalami ketergantungan dengan sayuran termasuk bawang dan cabai luar daerah. Dan bahkan harus menjadi daerah penghasil untuk memenuhi kebutuhan Riau," katanya.

Ia menjelaskan, dalam kegiatan pertanian cabai merah tersebut, Pemda Kampar akan membantu sarana produksi lengkap sebagai bentuk motivasi. Penanamannya akan dilakukan oleh 40 kelompok tani yang udah mengikuti pelatihan terlebih dahulu.

Sebanyak 17 kecamatan yang akan menjadi lokasi penanaman cabai yaitu Kecamatan Kotokampar Hulu, Kampar, Kamparkiri, Tapunghilir, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Bangkinang, Siakhulu, Perhentian Raja, XIII Kotokampar, Kampar Timur, Salo, Tapung, Tambang, Kamparkiri Hilir, Kamparkiri Hulu, Gunung Sahilan dan Kecamatan Tapunghulu.

Sama halnya dengan pelaksanaan penanaman bawang merah, lanjut dia, Dinas  Pertanian terlebih dahulu juga akan melaksanakan pertemuan dengan para ketua kelompok tani pengelola tanaman cabai, petugas UPT.

"Para petani juga akan dibekali pengetahuan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanaman cabai, sehingga proses sejak awal mulai dari penanaman, perawatan, pemupukan, pengobatan hingga masa panen dapat mereka pahami. Bila penanaman sudah mengikuti SOP yang ada, maka diharapkan akan meminimalisir kemungkinan gagal panen," ujarnya.

Sebelumnya Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, pihaknya bertekad untuk mewujudkan daerah ini sebagai penghasil berbagai produk pertanian untuk mencukupi kebutuhan seluruh daerah di Riau.

"Jadi kedepan, tidak ada lagi bawang impor masuk Riau. Cabai juga dihasilkan dari Kampar. Ini adalah wujud ketahanan pangan masa depan," katanya
  
 2. SALAI PATIN

Ikan Asap Ikan salai atau ikan asap adalah ikan basah yang masih segar lalu dikeringkan dengan proses penyalaian (pengasapan) yang dilakukan selama kurang lebih 1-2 hari. Proses pembuatan ikan salai ini merupakan salah satu cara tradisional yang dilakukan masyarakat di beberapa daerah di Riau dan Sumatera Barat untuk mengawetkan hasil tangkapan ikan yang diperoleh.

 Proses ini selain membuat ikan lebih tahan lama untuk disimpan, juga rasa ikan lebih nikmat dan tidak mengurangi protein yang ada pada ikan tersebut. 
Penyelaian ikan di didesa Penyasawan Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Proses pembuatan ikan salai tradisional tidak menggunakan bahan pengawet dan pewarna selama pengerjaannya. Salah satu desa penghasil ikan asap adalah desa Penyasawan di kecamatan Kampar kabupaten Kampar. Di desa ini terdapat sekitar sembilan pengolah yang mengusahakan usaha pengolahan ikan salai Patin, yang tiap-tiap pengolah memproduksi sekitar 500 kg ikan Patin segar menjadi ikan salai Patin perminggunya. Produk-produk ikan salai Patin ini dipasarkan dipasar-pasar sekitar kabuptaen Kampar (pasar Air Tiris, pasar Teratak Buluh, pasar Kampar, pasar Bangkinang, dan pasar Kuok) dan luar kabupaten Kampar (Lubuk Jambi, Taluk Kuantan, Pangkalan Kerinci, Pekanbaru, Batam, Dumai, dan Duri). 
    
      Proses pengolahan ikan salai Patin, dimulai dari ikan Patin segar yang dibeli dari pembudidaya ikan atau melalui pedagang ikan, kemudian disortir menurut ukuran, dan setelah itu dilakukan penyiangan dan pencucian. Ikan-ikan yang telah bersih direndam dalam larutan asam cuka dalam ember/baskom selama 10 – 15 menit dan ditiriskan setelah itu. Selanjutnya ikan-ikan disusun secara merata di atas salayan (para-para). Sebelum penyalaian ikan dilakukan, terlebih dahulu hidupkan api pada kayu bakar dengan cara menyiram kayu bakar dengan minyak tanah, lalu disulut dengan api. Biarkan dulu api menyala sampai keadaan nyala api stabil, baru ikan-ikan diatas salayan ditaruh diatas tempat pengasapan atau penyalaian dan ditutup dengan seng agar asap kayu tidak menyebar dan meresap dikulit ikan Patin.
       Selama penyalaian ikan-ikan dibolak balik agar panas dan asap merata pada kedua sisi ikan sampai kering. Lama proses pengasapan berlangsung kurang lebih 24 jam atau sampai ikan sudah berwarna kuning atau coklat keemasan. Setelah itu api dipadamkan dan ikan-ikan dibiarkan sampai dingin. Ikan-ikan penyalaian selanjutnya diangkat dari penyalaian, lalu kemudian dikemas dan siap dipasarkan. Ikan-ikan masih dikemas secara sederhana dalam kardus. Dalam satu kali proses produksi dengan bahan ikan Patin segar sebanyak 500 kg menghasilkan ikan salai Patin sekitar 150 kg. Pengolah biasanya mengasap 500 kg ikan patin segar akan menghasilkan rata-rata 150 kg ikan salai patin. 
   
3. NENAS
 Menjadi dae­rah penghasil nenas terbesar di Sumatera tentunya menjadikan Kampar sebagai daerah yang wajib anda kunjungi sebagai pecinta nenas. Buah yang tum­buh subur dilahan gambut ini tentunya tidak asing lagi bagi warga Indonesia secara um­umnya dan Riau secara khu­susnya, karena disamping buahnya yang sangat manis dan dapat dikosumsi langsung, tern­yata nenas juga dapat diolah menjadi makanan ringan seperti kue dan keripik.


Melimpahnya produksi ne­nas di Kampar inilah dimanfaat­kan masyarakat setempat untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Hal tersebut dapat dili­hat disepanjang jalan Lintas Pekanbaru-Bangkinang, atau tepatnya didesa Kualu Kecama­tan Tambang, jejeran nenas-ne­nas segar menghiasi sepanjang jalan ini, mulai dari pengecer hingga para pengepul mengun­ing disepanjang jalan ini. Tidak hanya itu, dibeberapa desa seki­tarnya ternyata industri ruma­han skala kecil dan menengah turut memproduksi olahan ne­nas berupa keripik, dodol dan kue yang terbuat dari nenas. Se­hingga menurut pantauan Riaubertuah.co (05/3/2016) lebih dari 20an industri rumahan tersebar di daerah ini.
Penjualan nenas di wilayah ini sudah dilakukan semenjak tahun 80an. Sehingga menurut pantauanRiaubertuah.co saat berbincang dengan Nurpiah, salah satu warga Kualu menu­turkan, saat ini lebih dari 1.500 hektar kebun nenas memben­tang luas di daerah mereka, sehingga melimpahnya nenas disana, menciptakan pedagang dadakan bertengger disepan­jang jalan lintas Pekanbaru- Bangkinang.
Kondisi inilah yang kemu­dian diburu oleh para pecin­ta nenas. Penjualan nenas di sepanjang jalan di Kualu cukup menarik minat pembeli. Karena dari kejauhan rentetan nenas yang dipajang dan tergantung di pondok-pondok pedagang yang tak lain adalah pemilik ke­bun nenas cukup menarik pem­beli untuk mampir ke pondok.
Lebih Untung Jika Dijual Dijalan Dan Dipasar “Kita pu­nya kebun sendiri pak, sehingga disamping saya jual didepan (jalan lintas Pekanbaru-Bangki­nang) saya jual sendiri ke pasar. Kalau kita jual di kebun hanya dapat Rp2 ribu per dua buah. Tapi kalau kita jual langsung ke pasar atau dijalan, bisa Rp8 ribu per dua buah dan paling murah Rp5 ribu per dua buah”, ucap Amri yang dijumpai saat meme­tik nenas di kebunnya di depan pondok pesantren Gontor Putri, Rimbo Panjang.
Ia mengaku, bekerja me­manen nenas bersama istrinya dilakukan dari pukul 10.00 WIB sampai siang dan terkumpul ne­nas sebanyak 250 renteng. Lalu berangkat dari Kualu pukul 03.30 WIB dan pulang pukul 08.00 WIB pagi. Selama berjua­lan itu kadang nenasnya laku terjual, kadangpun ada juga yang tidak laku, “ tapi kalau tidak laku semua, besoknya akan saya jual kembali, karena nenasnya masih segar-segar” papar Amri
Kelebihanan nenas Kualu, buahnya tak begitu besar dan tanah alami. “Setelah dipetik dan disimpan selama lima hari tetap tahan dan tak membu­suk asalkan tak terkena air”, ujar Amri yang akrab disapa ujang kepada Riaubertuah.co (03/3/2016).
Ternyata buah nenas juga dapat dioleh menjadi kripik nenas. Jejeran warung penjual keripik nenas dan lopek bugih menghiasi jalan setelah jembat­an danau Bingkuang kalau dari arah Pekanbaru menuju Bangki­nang.
Dituturkan Upik (23), kepa­da Riaubertuah.co, Warung Keripik Nenas tempatnya bek­erja tidak pernah sepi dari pen­gunjung, keripik nenas dan nangka kini semakin di gemari wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kampar maupun masyarakat yang melewati ruas jalan Pekanbaru-Bangkinang.
Untuk mendapatkan keripik nenas, pembeli hanya perlu merogoh kocek Rp 10 ribu un­tuk kemasan kecil dan dan Rp 35 ribu untuk kemasan besar. Sementara untuk dodol nenas dijual Rp 15 ribu/bungkus. Bahkan, gurihnya keripik ini juga membuat masyarakat men­jatuhkan pilihannya sebagai oleh-oleh yang dibawa ke luar daerah bahkan ke luar negeri.

“Satu minggu yang lalu rom­bongan wisatawan dari belanda saat mengunjungi Candi Muara Takus singgah ketempat kami, mereka memborong lebih 200 bungkus keripik nenas kami, se­hingga kami terpaksa minta ban­tuan warung tetangga, karena stock kami tidak cukup. Katanya sih mau dibawa belanda katan­ya”. Cerita Upik dengan wajah sumringah.
Kampar Sentral Nenas Su­matera Kampar selama ini dike­nal sebagai pusat penghasil buah nenas di Riau. Menurut data statistik Kampar dalam angka tahun 2013. Potensi men­capai 2.150 ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 1.050 ha be­rada di Desa Kualu Nenas den­gan total produksi 1.456 ton per tahun atau rata-rata 121 ton per bulan.Sehingga dengan total luas perkebunan yang menca­pai ribuan hektare, rupiah ber­edar 600-700 juta perbulannya hanya dari buah mentah saja, belum lagi jika nenas tersebut diolah menjadi makanan ringan seperti keripik nenas, dodol dan lempuk nenas.
Sehingga melihat potensi ini, pemerintah kabupaten Kampar menuangkan Program budi­daya nenas yang dibuka lang­sung oleh Bupati Kampar pada beberapa waktu lalu. Program yang direncanakan untuk men­untaskan zero kemiskinan terse­but digandrungi oleh 70 UMKM lebih. Sehingga jika dibanding­kan pendapatan kotor pelaku UMKM sebelum mengikuti program ini rata-rata Rp 20 juta sampai Rp 100 juta per bulan per nasabah. Kini, pendapatan kotor mereka rata-rata Rp 30 juta sampai Rp 120 juta per bu­lan per nasabah.
Program yang ditaja oleh Bupati Kampar tersebut tidak hanya berkutat pada keripik ne­nas saja, saat ini program yang dikelola P4S kubang tersebut membantu menggali peluang lainnya sehingga mereka kini memiliki beragam produk ola­han nanas disamping keripik, yaitu lempuk nenas, nata de vina, selai, dan sirup yang se­muanya terbuat dari bahan baku nenas.
“Kami juga diajarkan mem­perbaiki cara mengemas produk menjadi lebih baik dan memiliki harga jual lebih tinggi. Tidak hanya itu, dulu limbah kulit selalu kami buang, tapi setelah mengikuti program tersebut, saat ini limbah kulit yang se­mula terbuang pun telah di­manfaatkan untuk ternak,” ujar masrudi salah satu pelaku usa­ha keripik nenas.
Menurut Masrudi, mereka juga mendapatkan bantuan lain yang diberikan dalam hal periz­inan dengan membantu UMKM mengurus izin dari Dinas Perin­dustrian, Dinas Kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Ma­kanan (BPOM).
Tidak hanya dari pemerin­tah, Perbankanpun melirik me­meberikan bantuan pinjaman modal kepada para petani guna meningkatkan produksi dan pe­masarannya, tercatat berdasar­kan data PNM Cabang Pekan­baru, pertumbuhan signifikan perakhir tahun 2014 dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 78,2 miliar, naik 20,12 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 65,1 miliar.
Jumlah nasabah juga men­galami kenaikan hingga 28,7 persen menjadi 2.180 orang per Desember 2014 dibandingkan dengan periode yang sama ta­hun sebelumnya sebanyak 1.693 nasabah. Hal ini merupakan hasil kombinasi antara penyalu­ran kredit yang didukung den­gan program pengembangan kapasitas usaha (PKU) gratis bagi nasabah terpilih.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar